BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu upaya untuk memanusiakan
manusia. Hal ini, berarti bahwa pendidikan memiliki peran sentral dalam
menciptakan manusia yang memiliki kompetensi dan keterampilan agar bisa menjadi
manusia yang berakhlak mulia, berguna bagi dirinya sendiri, masyarakat serta
bangsa dan negara.
Dari masa ke masa, pendidikan berusaha mengkaji berbagai objek
yang ada dalam dunia pendidikan itu sendiri. Pengkajian ini bertujuan agar
pelaksanaan pendidikan sesuai dengan peradaban zaman danyang terpenting adalah
pendidikan sesuai dengan tingkat pengetahuan dan perkembangan setiap anak
didik. Ilmu filsafat khususnya ontologi memiliki sumbangan yang besar dalam
upaya pengkajian objek pendidikan tersebut. Ontologi sebagai aliran filsafat
yang mengkaji tentang yang ada, telah memberikan sumbangan dan titik terang
tentang arah dan perkembangan pendidikan khususnya pendidikan di Indonesia.
Dalam dunia Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), ontologi
ilmu berusaha mengkaji, apa yang perlu dikembangkan dalam PAUD? Bagaimana cara
mengembangkan karakter anak? Bagaimana prinsip-prinsip perkembangan anak?
Strategi apa yang tepat dalam pendidikan anak usia dini? Atas kajian ontologi
ilmu tersebut, maka saat ini perkembangan pendidikan anak usia dini di
Indonesia mengalami kemajuan dan perkembangan yang sangat berarti.
Dari akhir tahun 90-an hingga saat ini, pendidikan anak
usia dini telah menjadi perhatian khusus pemerintah dan berbagai aktivis
pendidikan lainnya. Hal ini, dikarenakan bahwa pendidikan pada anak usia dini
memiliki peran penting dalam menciptakan manusia indonesia seutuhnya.
Perkembangan pesat di bidang pendidikan anak usia dini
merupakan hasil dari kajian ontologi ilmu. Kajian ontologi tentang pendidikan
anak usia dini masih terus berkembang dengan meneliti dan menelaah berbagai
objek.
B.
Rumusan Masalah
Masalah dalam
makalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apa
yang dimaksudkan dengan ontologi ilmu dalam pendidikan anak usia dini?
2. Apa
yang dimaksud dengan pendidikan anak usia dini dan bidang kajiannya dalam kaitannya
dengan ontologi ilmu?
3. Bagaimana
hubungan antara ontologi ilmu dan pendidikan anak usia dini?
C.
Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan
dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Agar
mahasiswa mengetahui pengertian ontologis ilmu dalam kaitannya dengan
pendidikan anak usia dini.
2. Agar
mahasiswa pengertian dan bidang kajian pendidikan anak usia dini dalam
kaitannya dengan ontologi ilmu.
3. Agar
mahasiswa mengetahui hubungan antara ontologis ilmu dan pendidikan anak usia
dini.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Ontologis
Secara
etimologis, ontologi berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata on/ontos yang artinya ada dan logos yang
artinya ilmu. Jadi ontologi adalah ilmu tentang yang ada. Ontologis bermakna
tentang hal apa yang di kaji dalam sebuah pengetahuan (Suriasumantri, 2003:
34). Ontologi merupakan ilmu yang mempelajari dan mengkaji lingkup yang dikaji
sebuah ilmu. Ontologi membahas tentang apa yang di kaji oleh suatu ilmu dan
wilayah kerjanya. Menurut Surajiyo
(2013: 151) ontologis adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang yang
ada.
Bila
dilihat dari penjelasan makna ontologi maka kajian mengenai pendidikan anak
usia dini (PAUD) dalam segi ontologi akan melihat PAUD dari objek PAUD dan juga
ranah kerjanya. Dalam Sujiono (2009: 9) mengatakan bahwa pembahasan tentang
pendidikan anak usia dini dalam segi ontologis melihat bahwa anak sebgai makhluk
individu yang mempunyai aspek biologis atau perkembangan fisik yang berubah dan
membutuhkan asupan gizi yang diperlukan, psikologis, sosiologis dan
antropologis.
B.
Pengertian
Anak Usia Dini
11
|
Pendidikan anak usia
dini adalah upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak usia sejak lahir sampai
dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan
untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak
memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan yang lebih lanjut (Depdiknas, USPN,
2003:4). Terdapat pendapat lain yang senada dengan pendapat diatas yaitu
pendidikan anak usia dini dapat diartikan sebagai salah satu bentuk jalur
pendidikan dari usia 0–6 tahun, yang diselenggarakan secara terpadu dalam satu
program permbelajaran agar anak dapat mengembangkan segala daya guna dan kreativitasnya
sesuai dengan karakteristik perkembangannya, (Hariwijaya, dan Bertani,
2009:14). Selain itu, Suyadi dan Ulfa mengatakan bahwa pendidikan anak usia
dini ialah pendidikan yang diseleggarakan dengan tujun untuk memfasilitasi
pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh atau menekan pada
pengembangan seluruh aspek kepribadian anak (Suyadi dan Ulfa, 2013:17).
Dalam sebuah buku,
Sujiono mengatakan bahwa pendidikan bagi anak usia dini adalah pemberian upaya
untuk menstimulasi, membimbing, mengasuh dan pemberian kegiatan pembelajaran
yang akan menghasilkan kemampuan dan keterampilan anak, (Sujiono, 2009:7). Dari beberapa definisi pendidikan anak usia
dini yang di kemukakan oleh para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan
anak usia dini adalah program pendidikan yang diberikan pada anak usia 0–6
tahun untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan anak di seluruh aspek
kemampuan dasar dengan mempertimbangkan tingkat perkembangan anak untuk
menghasilkan kemampuan dan keterampilan anak.
C.
Prinsip
Dasar PAUD
Salah satu hal yang
perlu diperhatikan dalam pendidikan anak usia dini adalah prinsip – prinsip
pelaksanaan pembelajaran. Maulidya (dalam Suyadi & Ulfa, 2013:54) mengatakan terdapat
beberapa prinsip pelaksanaan pembelajaran pendidikan anak usia dini yaitu :
1. Berorientasi
Pada Kebutuhan Anak
Kegiatan pembelajaran anak senantiasa
berorientasi kepada kebutuhan anak. Menurut Maslow, kebutuhan mendasar bagi
anak adalah kebutuhan fisik (makan, minum, pakaian dan lain – lain). Kebutuhan
berikutnya adalah keamanan (aman, nyaman, terlindung, dan bebas dari bahaya).
Selanjutnya, kebutuhan anak berikutnya adalah kasih sayang (dimengerti,
dihargai, dikasihi, dan lain – lain).
2. Pembelajaran
Sesuai Dengan Perkembangan Anak
Pembelajaran anak harus sesuai dengan tingkat perkembangan
anak, baik usia maupun kebutuhan individual anak. Setiap anak berbeda
perkembangannya dengan anak lain, ada yang cepat ada yang lambat. Oleh karena
itu, pembelajaran anak usia dini harus disesuaikan baik lingkup maupun tingkat
kesulitannya dengan kelompok usia anak.
3. Mengembangkan
Kecerdasan Majemuk Anak
Pembelajaran anak usia dini hendaknya
tidak menjejali dengan hafalan ataupun kegiatan calistung.
4. Belajar
Melalui Bermain
Bermain adalah salah satu pendekatan
dalam melaksanakan kegiatan pendidikan
untuk anak usia dini. Melalui bermain, anak diajak untuk bereksplorasi
(penjajakan), menemuka, dan memanfaatkan benda–benda di sekitarnya. Montessori
menilai bahwa bermain bagi anak bukan sekedar “main–main” tetapi mereka
“sungguh–sungguh bermain”.
5. Tahapan
Pembelajaran Anak Usia Dini
Pembelajaran bagi anak usia dini
hendaknya dilakukan secara bertahap, mulai dari yang konkret ke yang abstrak,
dari yang sederhana ke yang kompleks, dari
yang bergerak ke verbal, dan dari diri sendiri ke lingkungan sosial.
6. Anak
Sebagai Pembelajar Aktif
Anak melakukan sendiri kegiatan
pembelajarannya dan guru hanya sebagai fasilitator atau mengawasi dari jauh.
7. Interaksi
Sosial Anak
Ketika anak berinteraksi dengan teman
sebayanya, maka anak akan belajar, begitu juga ketika anak berinteraksi dengan
orang dewasa (guru, orang tua).
8. Lingkup
Yang Kondusif
Lingkungan harus diciptakan sedemikian
rupa sehingga menarik dan menyenangkan dengan memperhatikan keamanan serta
kenyamanan yang dapat mendukung kegiatan belajar melalui bermain. Artinya,
lingkungan bermain anak harus bebas dari benda–benda tajam yang dapat mengancam
keselamatan anak, temasuk bahan mainan dan cat pewarna mainan yang tidak
menimbulkan iritasi pada tangan anak saat digunakan bermain. Disamping itu,
seting ruangan yang aman bagi anak–anak untuk melakukan geraka atraktif,
termasuk memanjat meja dan kursi guna mengambil permainan.
9. Merangsang
Kreativitas dan Inovasi
Kegiatan pembelajaran di PAUD harus
merangsang daya kreativitas dengan tingkat inovasi tinggi. Artinya, jika
kegiatan bermain di lembaga PAUD hanya “itu–itu saja” tentu tidak akan mampu
merangsang hasrat ingin tahu anak. Proses kreatif dan inovatif dapat dilakukan
melalui kegiatan–kegiatan yang menarik, membangkitkan rasa ingin tahu anak,
memotivasi anak untuk berpikir kritis dan menemukan hal–hal baru.
10. Mengembangkan
Kecakapan Hidup
Pembelajaran (kegiatan) di lembaga PAUD
harus mampu mengembangkan kecakapan hidup anak dari berbagai aspek secara
menyeluruh (the whole child). Bagian
dari diri anak yang dikembangkan meliputi bidang fisik–motorik, intelektual,
moral, sosial, emosi, kreativitas, dan bahasa. Tujuannya adalah agar kelak anak
berkembang menjadi manusia yang uuh dan memiliki kepribadian atau akhlak mulia,
cerdas dan terampil, mampu bekerja sama dengan orang lain, mampu hidup bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Mengembangkan kecakapan hidup dapat dilakukan melalui
berbagai proses pembiasaan. Hal ini dimaksudkan agar anak belajar untuk
menolong diri sendiri (mandiri), disiplin, mampu bersosialisasi, dan memperoleh
bekal keterampilan dasar yang berguna untuk kelangsungan hidupnya.
11. Memanfaatkan
Potensi Lingkungan
Media dan sumber pembelajaran dapat
berasal dari lingkungan alam sekitar atau bahan–bahan yang sengaja disiapkan
oleh pendidik atau guru, termasuk dalam hal ini bahan–bahan untuk membuat
permainan edukatif sendiri. Terdapat keuntungan dengan mengolah bahan tak
terpakai secara kreatif untuk dibuat permainan edukatif secara inovatif. Pertama, karena anak mudah bosan dengan
satu permainan, permainan yang akan dibuat bisa dirancang hanya untuk beberapa
kali digunakan. Kedua, guru atau
orang tua membuat permainan bersama anak atau calon pengguna, sehingga bentuk
permainan lebih sesuai dengan selera anak. Ketiga,
memanfaatkan lingkungan sebagai permainan dapat menghemat biaya pendidikan
anak usia dini.
12. Pembelajaran
Sesuai Dengan Kondisi Sosial Budaya
Kegiatan atau pembelajaran anak usia
dini harus sesuai dengan kondisi sosial budaya dimana anak tersebut berada. Apa
yang dipelajari anak adalah persoalan nyata sesuai dengan kondisi dimana anak
dilahirkan.
13. Stimulasi
Secara Holistik
Kegiatan atau pembelajaran anak usia
dini harus bersifat terpadu atau holistik. Anak tidak boleh hanya dikembangkan
kecerdasan tertentu saja, seperti IPA, matematika, bahasa, secara terpisah,
tetapi terintegrasi ke dalam satu kegiatan. Dengan demikian, setiap permainan
dapat mengembangakan seluruh aspek kecerdasannya.
D.
Penyelenggaraan PAUD
Penyelenggaraan
Pendidikan Anak Usia Dini yang berlaku di Indonesia menganut pendekatan
menyeluruh, integratif, dan sistmatik atau yang sering juga disebut sebagai
atau “Sistem Approach”, dimana
didalamnya terdapat elemen atau komponen anak sebagai masukan dan juga hasil
pembinaan berbagai lembaga atau departemen atau instansi terkait yang menentukan kebijakan serta program dan
implementasinya; lembaga PAUD (Posyandu, BKB, TPA, KB, TK, dan TK Alqur’an) dan
orang tua atau masyarakat, serta lembaga–lembaga kemasyarakatan lain yang ikut
berperan (Sujiono, 2009:21). Program layanan Pendidikan Anak Usia Dini
berbentuk program yang diberikan meliputi: kesehatan, terutama pada Posyandu dan BKB, layanan gizi berupa
makanan tambahan dan susu dan psikososial. Layanan psikososial bertujuan
mengembangkan seluruh potensi anak secara utuh dan optimal, yang meliputi
kehidupan beragama, penanaman moral pancasila, kemampuan berbahasa atau
berkomunikasi, daya cipta atau kreativitas, daya pikir atau kecerdasan,
perasaan atau emosi atau disiplin, kemandirian, kemampuan bermasyarakat,
keterampilan dan jasmani. Pada UU
Sikdinas Nomor 20 Tahun 2003 pada bagian ketujuh Pasal 28 tertulis bahwa
:
1.
Pendidikan anak usia
dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar.
2.
PAUD diselenggarakan
tiga jalur (formal, nonformal, dan informal).
3.
PAUD jalur pendidikan
formal berbentuk TK, RA atau bentuk lainnya yang sederajat.
Taman
kanak-kanak adalah salah satu bentuk satuan pendidikan bagi anak usia
dini yang berusia empat tahun sampai enam tahun yang terbagi ke dalam dau
kelompok yaitu kelompok A untuk anak usia 4 -5 tahun dan kelompok B untuk anak
usia 5 – 6 tahun. Taman kanak-kanak dilaksnakan minimal enam hari dalam
seminggu dengan jam layanan minimal 2,5 jam perhari dan jumlah minimal layanan
sebanyak 160 hari atau 34 minggu.
4.
PAUD jalur pendidikan
nonformal berbentuk kelompok bermain, taman penitipan anak, bentuk lainnya yang
sederajat.
Kelompok bermain (KB) adalah bentuk
layanan PAUD non formal yang menyelenggarakan program pendidikan dan juga
kesejahteraan bagi anak usia dua sampai empat tahun. Tujuan dari KB ini adalah
untuk menyediakan pelayanan pendidikan, gizi dan kesehatan anak secara holistic
dan mengoptimalkan tumbuh kembang anak sesuai dengan potensi anak dan dilakukan
dengan bermain. Terdapat lima kelompok TPA yang ada sesuai daerah yaitu TPA
Perkantoran, TPA Pasar, TPA lingkungan rumah, TPA Perkebunan, dan TPA Rumah
Sakit.
Tama Penitipan Anak (TPA) adalah salah
satu bentuk PAUD non formal yang menyelenggarakan program pendidikan sekaligus
pengasuahan dan kesejahteraan anak sejak lahir hingga enam tahun.
5.
PAUD jalur pendidikan
informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan
oleh lingkungan.
Terdapat berbagai lembaga PAUD yang ada
di dalam Satuan Pendidikan Anak Usia Dini dan memberikan pelayanan pendidikan
bagi anak usia lahir sampai dengan usia enam tahun. Dan juga terdapat Satuan
PAUD Sejenis, yaitu bentuk Satuan PAUD selain Taman Kanak–kanak, Kelompok
Bermain dan Taman Penitipan Anak.
E.
Perkembangan
Fisik Anak Usia Dini
Menurut Prof. Winarno
dan Drs. Anwar (1979: 77-78), dalam Suyadi
& Ulfa (2013) ada
empat bidang utama dimana perkembangan fisik yang normal mempengaruhi tingkah
laku. Dengan perkembangan sistem syaraf terjadi
pula peningkatan dalam intelegensi yang menimbulkan pola-pola tingkah laku
baru. Tingkah laku emosional anak berkaitan langsung dengan kesanggupannya
untuk menanggapi makna-makna yang terdapat dalam situasi-situasi, seperti juga
tingkat penerimaan sosial yang dinikmatinya berhubungan dengan kesanggupannya
memahami fikiran-fikiran, perasaan-perasaan, dan emosi-emosi orang lain.
Pertumbuhan otot-otot membawa
perobahan-perobahan dalam kemampuan-kemampuan dan kekuatan motorik, yang
tercermin dalam perobahan keterlibatan dalam kegiatan-kegiatan dan tingkat
partisipasi dalam kegiatan-kegitan tersebut. Permainan anak pada semua tahapan
usia sangat bergantung pada perkembangan otot-ototnya, terutama dalam permainan
dan olah raga.
Perobahan dalam fungsi
kelenjar-kelenjar endokrin
mengakibatkan pula perubahan pola-pola baru dalam tingkah laku. Pada masa
pubertas umpamanya, terjadi perobahan dari tidak suka terhadap jenis kelamin
yang lain menjadi menyukainya, dari kegiatan-kegiatan dalam teman sejenis
kelamin menjadi kegiatan-kegiatan dengan jenis kelamin lawannya, dari tidak
menaruh minat terhadap penampilannya menjadi sibuk memperhatikan rupa dan
pakaianya. Dan yang terakhir perobahan dalam struktur fisik, yakni tinggi, berat, proporsi badan, dan keadaan fisik
umumnya turut mempengaruhi tingkah laku anak. Bentuk jasmani merupakan salah
satu faktor penting dalam menentukan minat anak.
Ahmad Susanto, M.Pd.
(2011) dalam Suyadi & Ulfa (2013) menjelaskan bahwa perkembangan fisik
merupakan hal yang menjadi dasar bagi kemajuan perkembangan berikutnya. Ketika
fisik berkembang dengan baik memungkinkan anak untuk dapat lebih mengembangkan
keterampilan fisiknya, dan eksplorasi lingkungannya dengan tanpa bantuan dari
orang lain. Perkembangan fisik anak ditandai juga dengan berkembangnya
perkembangan motorik, baik motorik halus maupun motorik kasar.
Proporsi tubuh anak
berubah secara dramatis, seperti pada usia tiga tahun, rata-rata tinggi anak
sekitar 80-90 cm dan beratnya sekitar 10-13 kg. Adapun pada usia lima tahun
tinggi anak mencapai 100-110 cm pertumbuhan otak pada usia ini sudah mencapai
75% dari orang dewasa, sedangkan pada umur enam tahun mencapai 90%.
Perkembangan fisik anak
tidak terlepas dari asupan makanan yang bergizi, sehingga setiap tahapan
perkembangan fisik anak tidak terganggu dan berjalan sesuai dengan umur yang
ada.
F.
Karakteristik
Anak Usia Dini
Anak
memiliki beberapa karakteristik yang perlu diketahui (Siswanto & Sri, 2012:
45), yaitu:
a. Anak
Senang Bermain
Anak berkembang
dengan cara bermain. Dunia anak adalah bermain, dengan bermain anak menggunakan
otot tubuhnya, menstimulasi indra-indra tubuhnya, mengeksplorasi dunia dan
membangun pengetahuan tentang lingkungannya.
b. Anak
Selalu Ingin Mencoba
Terdapat pandangan
bahwa anak lahir seperti kertas putih. Anak memiliki rasa ingin tahu yang besar
terhadap lingkungannya. Dengan rasa ingin tahu yang besar ini anak suka sekali
mencoba hal-hal yang mereka belum ketahui dan belum pernah mereka lakukan.
Namun seringkali kita menemukan anak keliru atau mendapatkan masalah dari
kegiatan mencoba tersebut, disinilah tugas orang dewasa disekitarnya yaitu
membenarkan dan mengarahkan untuk lebih baik.
c. Anak
Suka Meniru
Anak belajar
tentang lingkungannya dengan cara meniru. Anak sering sekali meniru orang-orang
dewasa disekitarnya saat melakukan atau mengatakan sesuatu. Anak melihat yang
ada dilingkungannya dan juga mendengarkan apa yang mereka dengar, namun anak
tidak mengetahui makna sesungguhnya dari hal tersebut dan terbentuklah perilaku
anak dari hasil meniru tersebut.
Selain itu anak
juga memiliki beberapa karakteristik lain yaitu memiliki rasa ingin tahu yang
besar, unik, suka berfantasi dan berimajinasi, merasa potensial untuk belajar,
dan egosentris.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kata ontologi berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata On/ontos yang berada ada, dan logos yang berarti ilmu. Ontologi
merupakan filsafat yang mengkaji tentang segala yang ada, yang telah diketahui.
Ontologi filsafat memiliki sifat yang universal, yaitu objek kajiannya bersifat
umum meliputi beberapa cabang filsafat seperti logika, metafisika, dan
lain-lain.
Dalam dunia pendidikan anak usia dini (PAUD), ontologi
ilmu mengkaji berbagai objek yang ada tentang PAUD seperti karakteristik anak
usia dini, tahap perkembangan anak, dan kurikulum anak usia dini. Perkembangan
di bidang pendidikan khususnya di pendidikan anak usia dini tidak terlepas dari
kajian ontologi ilmu.
B.
Saran
Untuk meningkatkan kualitas pendidikan, khususnya
pendidikan anak usia dini maka perlu dilakukan pengembangan dan penelitian
tentang metode, kurikulum, dan lain sebagainya yang berkaitan dengan proses
pembelajaran anak usia dini. Saat ini, pendidikan anak usia dini bukan lagi
sebagai pelengkap tetapi merupakan dasar yang paling penting dalam sistem
pendidikan, karena menjadi apa seseorang saat dewasa tergantung bagaimana ia
mendapatkan didikan di masa kecil.
Kami menyadari penulisan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu saran dan kritik sangat kami harapkan demi
penyempurnaan selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Hariwijaya dan
Bertani. 2009. Paud Melejitkan Potensi Anak dengan Pendidikan
Usia Dini. Yogyakarta: Mahardika Publishing.
Republik Indonesia. 2003. UU RI No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen serta UU RI No. 20 tahun
2003 tentang SISDIKNAS. Bandung: Citra Umbara.
Trianto, 2011. Desain
Pengembangan Pembelajaran Tematik. Jakarta: Kencana
Siswanto dan Lestari. (2012). Panduan bagi Guru dan Orang tua:
Pembelajaran Atraktif dan 100 Permainan Kreatif. Yogyakarta: Penerbit ANDI.
Sujiono, Y. N. 2009. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT. Indeks.
Surajiyo. (2013). Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia. Jakarta: Bumi
Aksara.
Suriasumantri, Jujun S. 2003. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan.
Suyadi dan Ulfa, Maulidya. 2013. Konsep Dasar PAUD. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
KDFTV | online casino in the country, 100% legal!
BalasHapuscasino with its online games and promotions, plus new bonuses, for choegocasino the online 샌즈카지노 gaming 온카지노 industry to play, and we are proud to announce that
GOS-7 casino: Get a $20 free bonus for a few
BalasHapusGOS-7 is an online 시흥 출장마사지 casino brand launched 정읍 출장샵 in 2020. It 강원도 출장마사지 offers slot machines from Evolution Gaming, NetEnt, and the most popular games 남원 출장마사지 from 대구광역 출장샵