Senin, 16 November 2015

Konsep PAUD



1.    Konsep dasar pendidikan anak usia dini merupakan suatu upaya untuk membina/membimbing anak dari lahir sampai usia enam tahun. Bimbingan ini diberikan agar anak dapat berkembang secara optimal baik dari segi fisik, psikis maupun rohani dan jasmani. Hal senada tercantum dalam Undang-undang SISDIKNAS 20 Tahun 2013 mengatakan bahwa pendidikan anak usia dini merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Pendidikan anak usia dini dianggap sangat penting karena pada masa ini otak seorang sedang berkembang secara optimal. Perkembangan otak anak pada masa ini mencapai 80%. Karena itu, pada masa ini anak perlu mendapatkan bimbingan agar dapat berkembang secara optimal.

2.    Karakteristik pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini yaitu, usia dimana anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Usia dini disebut sebagai usia emas (golden age). Makanan yang bergizi yang seimbang serta stimulasi yang intensif sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan tersebut. Pertumbuhan fisik, psikis dan perkembangan otak anak usia dini sangat pesat. Pada tahap ini anak berada pada periode Pra operasional (2 - 7 tahun). Pada periode ini anak bisa melakukan sesuatu sebagai hasil meniru atau mengamati sesuatu model tingkah laku dan mampu melakukan simbolisasi.
Ada beberapa karakteristik anak usia dini sebagaimana yang dikemukakan oleh Igea Siswanto dan Sri Lestari (2012), sebagai berikut:
a.    Anak senang bermain
b.    Anak selalu ingin mencoba
c.    Anak ingin diperhatikan
d.    Anak memiliki sifat polos
e.    Anak suka menentang
f.     Anak suka mengganggu
g.    Anak suka meniru
h.    Anak suka manja
i.      Anak suka berkhayal

3.    Fungsi bermain bagi anak usia dini adalah mengekpresikan pengetahuan yang ia miliki tentang dunia dan kemudian sekaligus bisa mendapatkan pengetahuan baru. Melalui bermain pula, kreativitas anak dapat berkembang dengan baik karena anak dapat mengeluarkan ide-ide dari pikirannya walaupun kadang-kadang terasa abstrak. Pada dasarnya anak usia dini masih berada dalam dunia bermain. Karakteristik dunia bermain ini sangat menentukan perkembangan anak pada tahap berikutnya. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Papalia (1995) dalam Siswanto dan Sri Lestari (2012), mengatakan bahwa anak berkembang dengan cara bermain menggunakan otot tubuhnya, menstimulasi indra-indra tubuhnya, mengeksplorasi dunia sekitarnya, menemukan seperti apa lingkungan yang ia tinggali, dan menemukan arti diri mereka sendiri. Sedangkan menurut Montessori sebagaimana yang dikutip oleh Andang Ismail (2007), mengatakan bahwa bermain bagi anak merupakan sesuatu yang menyenangkan, suka rela, penuh arti, dan aktivitas secara spontan. Bermain dapat mengembangkan kreativitas, pemecahan masalah, belajar keterampilan sosial, bahasa baru dan keterampilan fisik yang baru.

4.    Beberapa pemikiran para tokoh tentang anak usia dini:
a.    Maria Montessori
Prinsip-prinsip yang digunakan dalam metode Maria Montessori adalah metode Student Centered Learning. Maria Montessori mengajarkan anak untuk lebih aktif  berperan serta dalam pembelajaran. Dia menerapkan belajar melalui bermain agar anak-anak lebih dapat mengerti bahan yang dibahas. Secara garis besar Montessori mengemukakan beberapa point dalam pendidikan anak usia dini, yaitu: 1) Mengizinkan anak anda untuk aktif, membiarkan mereka untuk belajar mengeksplorasi sensori yang ada di sekitar mereka. 2) Mengakui periode sensitive mereka dan mengizinkan mereka untuk mengulangiaktivitas mereka ketika mereka dalam keadaan terbaik. 3) Memperkenalkan motivasi yang penting dan bagaimana pengaruhnya dalam pembelajaran.
b.    Johan Heinrich Pestalozzi
Dengan memakai metode pengalaman (Azas peragaan dan azas perkembangan), maka Pestalozzi dalam merumuskan dasar-dasar kurikulumnya menggunakan akal, tubuh dan hati, sebagai tiga point yang penting dalam proses pembelajaran dengan memanfaatkan pancaindera dari  anak didik. Oleh sebab itu, Pestalozzi berharap agar pendidikan ini dapat dirasakan oleh setiap anak tanpa memandang status sosialnya. Kesetaraan dalam menerima pendidikan itulah yang sebenarnya menjadi point penting yang diinginkan oleh Pestalozzi bagi anak-anak, karena semua ini merupakan sebuah dobrakan yang diberikan agar pendidikan dapat dirasakan oleh semua golongan masyarakat.
c.    Lev Vygotsky (1896-1934)
Vygotsky berpendapat bahwa pengetahuan seorang anak dapat berkembang melalui interaksi sosial dengan lingkungan sekitarnya. Melalui interaksi dengan orang lain dan alam sekitar, anak memperoleh atau menyerap berbagai ide yang baru dan ide-ide baru yang diperoleh anak melalui interaksi sosail ini menjadi cikal bakal pengetahuan baru dalam diri anak yang bersangkutan.
Pada dasarnya teori-teori Vygotsky didasarkan pada tiga ide utama: (1) bahwa intelektual berkembang pada saat individu menghadapi ide-ide baru dan sulit mengaitkan ide-ide tersebut dengan apa yang mereka telah ketahui; (2) bahwa interaksi dengan orang lain memperkaya perkembangan intelektual; (3) peran utama guru adalah bertindak sebagai seorang pembantu dan mediator pembelajaran siswa.
d.    Jhon Locke (1632 - 1704).
Menurut Jhon Locke bahwa seorang anak lahir dalam keadaan kosong (tabularasa) tidak memiliki pembawaan. Pengetahuan, sikap dan perilaku yang ada pada anak merupakan hasil pembelajaran dan pengalaman yang diperolehnya.
Menurut Locke sebagaimana yang dikutip oleh William Crain (2007), mengatakan bahwa pembelajaran semasa bayi sangat penting karena pada masa ini (bayi) jiwa seorang anak masih lunak sehingga mudah untuk dibentuk sesuai yang diinginkan. Hal ini, berarti bahwa pendidikan anak usia dini sangat penting dalam membentuk dan mengembangkan pengetahuan, sikap dan perilaku seorang anak sehingga pada perkembangan selanjutnya menjadi manusia yang berguna bagi dirinya sendiri, masyarakat dan bangsa.
e.    Jean Jacques Rosseau (1712 - 1778).
Rosseau berpendapat bahwa anak memiliki sifat yang berbeda dari orang dewasa. Anak akan berkembang dan menyempurnakan dirinya sesuai dengan keinginan alam. Selanjutnya, Rosseau mengatakan bahwa anak-anak memiliki caranya sendiri untuk melihat, berpikir dan merasa.
Dari pendapat ini dapat disimpulkan bahwa pembelajaran pada anak usia dini harus berpusat pada anak itu sendiri (student learning centered), anak belajar menemukan konsep dan ide melalui caranya sendiri sedangkan guru hanya berfungsi sebagai fasilitator.

Referensi
Crain, W. (2007). Teori Perkembangan: Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ismail, A. (2007). Educational Games. Yogyakarta: Pro-U Media Anita.
Montessori, M. (2008). The Absorbent Mind: Pikiran yang Mudah Menyerap, trj. Dariyatno. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Republik Indonesia. (2003). UU RI No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen serta UU RI No. 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS. Bandung: Citra Umbara.
Siswanto dan Lestari. (2012). Panduan bagi Guru dan Orang tua: Pembelajaran Atraktif dan 100 Permainan Kreatif. Yogyakarta: Penerbit ANDI.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar