1.
Konsep
dasar pendidikan anak usia dini merupakan suatu upaya untuk membina/membimbing
anak dari lahir sampai usia enam tahun. Bimbingan ini diberikan agar anak dapat
berkembang secara optimal baik dari segi fisik, psikis maupun rohani dan
jasmani. Hal senada tercantum dalam Undang-undang SISDIKNAS 20 Tahun 2013 mengatakan
bahwa pendidikan anak usia dini merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan
kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui
pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan
jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih
lanjut.
Pendidikan
anak usia dini dianggap sangat penting karena pada masa ini otak seorang sedang
berkembang secara optimal. Perkembangan otak anak pada masa ini mencapai 80%.
Karena itu, pada masa ini anak perlu mendapatkan bimbingan agar dapat
berkembang secara optimal.
2. Karakteristik pertumbuhan dan
perkembangan anak usia dini yaitu, usia dimana
anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Usia dini disebut
sebagai usia emas (golden age). Makanan yang bergizi yang seimbang serta
stimulasi yang intensif sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan
tersebut. Pertumbuhan fisik, psikis dan perkembangan otak anak usia dini sangat
pesat. Pada tahap ini anak berada pada periode Pra operasional (2 - 7 tahun). Pada periode ini anak bisa
melakukan sesuatu sebagai hasil meniru atau mengamati sesuatu model tingkah
laku dan mampu melakukan simbolisasi.
Ada beberapa
karakteristik anak usia dini sebagaimana yang dikemukakan oleh Igea Siswanto
dan Sri Lestari (2012), sebagai berikut:
a. Anak senang bermain
b. Anak selalu ingin mencoba
c. Anak ingin diperhatikan
d. Anak memiliki sifat polos
e. Anak suka menentang
f. Anak suka mengganggu
g. Anak suka meniru
h. Anak suka manja
i. Anak suka berkhayal
3.
Fungsi
bermain bagi anak usia dini adalah mengekpresikan pengetahuan yang ia miliki
tentang dunia dan kemudian sekaligus bisa mendapatkan pengetahuan baru. Melalui
bermain pula, kreativitas anak dapat berkembang dengan baik karena anak dapat
mengeluarkan ide-ide dari pikirannya walaupun kadang-kadang terasa abstrak.
Pada dasarnya anak usia dini masih berada dalam dunia bermain. Karakteristik
dunia bermain ini sangat menentukan perkembangan anak pada tahap berikutnya.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Papalia (1995) dalam Siswanto dan Sri Lestari
(2012), mengatakan bahwa anak berkembang dengan cara bermain menggunakan otot
tubuhnya, menstimulasi indra-indra tubuhnya, mengeksplorasi dunia sekitarnya,
menemukan seperti apa lingkungan yang ia tinggali, dan menemukan arti diri
mereka sendiri. Sedangkan menurut Montessori sebagaimana yang dikutip oleh
Andang Ismail (2007), mengatakan bahwa bermain bagi anak merupakan sesuatu yang
menyenangkan, suka rela, penuh arti, dan aktivitas secara spontan. Bermain
dapat mengembangkan kreativitas, pemecahan masalah, belajar keterampilan
sosial, bahasa baru dan keterampilan fisik yang baru.
4.
Beberapa
pemikiran para tokoh tentang anak usia dini:
a.
Maria
Montessori
Prinsip-prinsip
yang digunakan dalam metode Maria Montessori adalah metode Student Centered Learning. Maria Montessori mengajarkan anak untuk
lebih aktif berperan serta dalam pembelajaran. Dia menerapkan
belajar melalui bermain agar anak-anak lebih dapat mengerti bahan yang
dibahas. Secara garis besar Montessori mengemukakan beberapa point dalam
pendidikan anak usia dini, yaitu: 1) Mengizinkan anak anda untuk aktif,
membiarkan mereka untuk belajar mengeksplorasi sensori yang ada di sekitar
mereka. 2) Mengakui periode sensitive mereka dan mengizinkan mereka untuk
mengulangiaktivitas mereka ketika mereka dalam keadaan terbaik. 3)
Memperkenalkan motivasi yang penting dan bagaimana pengaruhnya
dalam pembelajaran.
b.
Johan
Heinrich Pestalozzi
Dengan
memakai metode pengalaman (Azas peragaan dan azas perkembangan), maka
Pestalozzi dalam merumuskan dasar-dasar kurikulumnya menggunakan akal, tubuh
dan hati, sebagai tiga point yang penting dalam proses pembelajaran dengan
memanfaatkan pancaindera dari anak
didik. Oleh sebab itu, Pestalozzi berharap agar pendidikan ini dapat dirasakan
oleh setiap anak tanpa memandang status sosialnya. Kesetaraan dalam menerima
pendidikan itulah yang sebenarnya menjadi point penting yang diinginkan oleh
Pestalozzi bagi anak-anak, karena semua ini merupakan sebuah dobrakan yang
diberikan agar pendidikan dapat dirasakan oleh semua golongan masyarakat.
c.
Lev
Vygotsky (1896-1934)
Vygotsky
berpendapat bahwa pengetahuan seorang anak dapat berkembang melalui interaksi
sosial dengan lingkungan sekitarnya. Melalui interaksi dengan orang lain dan
alam sekitar, anak memperoleh atau menyerap berbagai ide yang baru dan ide-ide
baru yang diperoleh anak melalui interaksi sosail ini menjadi cikal bakal
pengetahuan baru dalam diri anak yang bersangkutan.
Pada
dasarnya teori-teori Vygotsky didasarkan pada tiga ide utama: (1) bahwa
intelektual berkembang pada saat individu menghadapi ide-ide baru dan sulit
mengaitkan ide-ide tersebut dengan apa yang mereka telah ketahui; (2) bahwa
interaksi dengan orang lain memperkaya perkembangan intelektual; (3) peran
utama guru adalah bertindak sebagai seorang pembantu dan mediator pembelajaran
siswa.
d.
Jhon
Locke (1632 - 1704).
Menurut
Jhon Locke bahwa seorang anak lahir dalam keadaan kosong (tabularasa) tidak
memiliki pembawaan. Pengetahuan, sikap dan perilaku yang ada pada anak
merupakan hasil pembelajaran dan pengalaman yang diperolehnya.
Menurut
Locke sebagaimana yang dikutip oleh William Crain (2007), mengatakan bahwa pembelajaran
semasa bayi sangat penting karena pada masa ini (bayi) jiwa seorang anak masih
lunak sehingga mudah untuk dibentuk sesuai yang diinginkan. Hal ini, berarti
bahwa pendidikan anak usia dini sangat penting dalam membentuk dan
mengembangkan pengetahuan, sikap dan perilaku seorang anak sehingga pada
perkembangan selanjutnya menjadi manusia yang berguna bagi dirinya sendiri,
masyarakat dan bangsa.
e.
Jean
Jacques Rosseau (1712 - 1778).
Rosseau
berpendapat bahwa anak memiliki sifat yang berbeda dari orang dewasa. Anak akan
berkembang dan menyempurnakan dirinya sesuai dengan keinginan alam.
Selanjutnya, Rosseau mengatakan bahwa anak-anak memiliki caranya sendiri untuk
melihat, berpikir dan merasa.
Dari
pendapat ini dapat disimpulkan bahwa pembelajaran pada anak usia dini harus
berpusat pada anak itu sendiri (student
learning centered), anak belajar menemukan konsep dan ide melalui caranya
sendiri sedangkan guru hanya berfungsi sebagai fasilitator.
Referensi
Crain, W. (2007). Teori Perkembangan: Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Ismail, A. (2007). Educational Games. Yogyakarta: Pro-U Media Anita.
Montessori, M. (2008). The Absorbent Mind: Pikiran yang Mudah Menyerap, trj. Dariyatno. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Republik Indonesia. (2003). UU RI No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen serta
UU RI No. 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS. Bandung: Citra Umbara.
Siswanto dan Lestari. (2012). Panduan bagi Guru dan Orang tua: Pembelajaran Atraktif dan 100
Permainan Kreatif. Yogyakarta: Penerbit ANDI.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar