Senin, 23 November 2015

Ontologi Ilmu dalam perspektif PAUD



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu upaya untuk memanusiakan manusia. Hal ini, berarti bahwa pendidikan memiliki peran sentral dalam menciptakan manusia yang memiliki kompetensi dan keterampilan agar bisa menjadi manusia yang berakhlak mulia, berguna bagi dirinya sendiri, masyarakat serta bangsa dan negara.
Dari masa ke masa, pendidikan berusaha mengkaji berbagai objek yang ada dalam dunia pendidikan itu sendiri. Pengkajian ini bertujuan agar pelaksanaan pendidikan sesuai dengan peradaban zaman danyang terpenting adalah pendidikan sesuai dengan tingkat pengetahuan dan perkembangan setiap anak didik. Ilmu filsafat khususnya ontologi memiliki sumbangan yang besar dalam upaya pengkajian objek pendidikan tersebut. Ontologi sebagai aliran filsafat yang mengkaji tentang yang ada, telah memberikan sumbangan dan titik terang tentang arah dan perkembangan pendidikan khususnya pendidikan di Indonesia.
Dalam dunia Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), ontologi ilmu berusaha mengkaji, apa yang perlu dikembangkan dalam PAUD? Bagaimana cara mengembangkan karakter anak? Bagaimana prinsip-prinsip perkembangan anak? Strategi apa yang tepat dalam pendidikan anak usia dini? Atas kajian ontologi ilmu tersebut, maka saat ini perkembangan pendidikan anak usia dini di Indonesia mengalami kemajuan dan perkembangan yang sangat berarti.
Dari akhir tahun 90-an hingga saat ini, pendidikan anak usia dini telah menjadi perhatian khusus pemerintah dan berbagai aktivis pendidikan lainnya. Hal ini, dikarenakan bahwa pendidikan pada anak usia dini memiliki peran penting dalam menciptakan manusia indonesia seutuhnya.
Perkembangan pesat di bidang pendidikan anak usia dini merupakan hasil dari kajian ontologi ilmu. Kajian ontologi tentang pendidikan anak usia dini masih terus berkembang dengan meneliti dan menelaah berbagai objek.
B.     Rumusan Masalah
Masalah dalam makalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.      Apa yang dimaksudkan dengan ontologi ilmu dalam pendidikan anak usia dini?
2.      Apa yang dimaksud dengan pendidikan anak usia dini dan bidang kajiannya dalam kaitannya dengan ontologi ilmu?
3.      Bagaimana hubungan antara ontologi ilmu dan pendidikan anak usia dini?
C.    Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Agar mahasiswa mengetahui pengertian ontologis ilmu dalam kaitannya dengan pendidikan anak usia dini.
2.      Agar mahasiswa pengertian dan bidang kajian pendidikan anak usia dini dalam kaitannya dengan ontologi ilmu.
3.      Agar mahasiswa mengetahui hubungan antara ontologis ilmu dan pendidikan anak usia dini.

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Ontologis
Secara etimologis, ontologi berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata on/ontos yang artinya ada dan logos yang artinya ilmu. Jadi ontologi adalah ilmu tentang yang ada. Ontologis bermakna tentang hal apa yang di kaji dalam sebuah pengetahuan (Suriasumantri, 2003: 34). Ontologi merupakan ilmu yang mempelajari dan mengkaji lingkup yang dikaji sebuah ilmu. Ontologi membahas tentang apa yang di kaji oleh suatu ilmu dan wilayah kerjanya. Menurut Surajiyo (2013: 151) ontologis adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang yang ada.
Bila dilihat dari penjelasan makna ontologi maka kajian mengenai pendidikan anak usia dini (PAUD) dalam segi ontologi akan melihat PAUD dari objek PAUD dan juga ranah kerjanya. Dalam Sujiono (2009: 9) mengatakan bahwa pembahasan tentang pendidikan anak usia dini dalam segi ontologis melihat bahwa anak sebgai makhluk individu yang mempunyai aspek biologis atau perkembangan fisik yang berubah dan membutuhkan asupan gizi yang diperlukan, psikologis, sosiologis dan antropologis.
B.     Pengertian Anak Usia Dini
11
Anak adalah penerus dari sebuah bangsa, pada anaklah nasib sebuah negara ditentukan. Hal ini dibuktikan oleh negara–negara yang dapat mempengaruhi dunia, seperti Jepang, Korea Selatan, dan Cina. Negara–negara tersebut percaya dengan kebutuhan sumber daya manusia berkualitas yang diperlukan untuk menentukan nasib bangsa mereka. Untuk memiliki generasi yang berkualitas tentunya berkaitan dengan adanya pendidikan yang baik pula. Terdapat sebuah penelitian tentang otak yang menunjukkan bahwa sampai usia empat tahun, tingkat kapabilitas kecerdasan anak telah mencapai 50%, pada usia delapan tahun mencapai 80%, dan mencapai titik kulminasi 100% ketika anak berusia 8 hingga 18 tahun (Trianto, 2013:7). Masa – masa inilah yang disebut dengan masa golden age, mada yang tepat untuk memberikan rangsangan untuk meningkatkan kemampuan dasar anak. Dengan menyadari akan hal itu, pemerintah mulai memperhatikan pendidikan sebelum pendidikan dasar atau yang disebut dengan pendidikan anak usia dini. Hal ini dapat terlihat dari adanya kebijkan yang berkaitan dengan pendidikan anak usia dini, salah satunya di Pasal 28c ayat 2 (dalam Sujiono, 2009:8) tertulis bahwa setiap anak berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhandasarnya, berhak mendapatkan pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi seni dan budaya demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahterahan umat manusia.
Pendidikan anak usia dini adalah upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak usia sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan yang lebih lanjut (Depdiknas, USPN, 2003:4). Terdapat pendapat lain yang senada dengan pendapat diatas yaitu pendidikan anak usia dini dapat diartikan sebagai salah satu bentuk jalur pendidikan dari usia 0–6 tahun, yang diselenggarakan secara terpadu dalam satu program permbelajaran agar anak dapat mengembangkan segala daya guna dan kreativitasnya sesuai dengan karakteristik perkembangannya, (Hariwijaya, dan Bertani, 2009:14). Selain itu, Suyadi dan Ulfa mengatakan bahwa pendidikan anak usia dini ialah pendidikan yang diseleggarakan dengan tujun untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh atau menekan pada pengembangan seluruh aspek kepribadian anak (Suyadi dan Ulfa, 2013:17).
Dalam sebuah buku, Sujiono mengatakan bahwa pendidikan bagi anak usia dini adalah pemberian upaya untuk menstimulasi, membimbing, mengasuh dan pemberian kegiatan pembelajaran yang akan menghasilkan kemampuan dan keterampilan anak, (Sujiono, 2009:7).  Dari beberapa definisi pendidikan anak usia dini yang di kemukakan oleh para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan anak usia dini adalah program pendidikan yang diberikan pada anak usia 0–6 tahun untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan anak di seluruh aspek kemampuan dasar dengan mempertimbangkan tingkat perkembangan anak untuk menghasilkan kemampuan dan keterampilan anak.

C.      Prinsip Dasar PAUD
Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam pendidikan anak usia dini adalah prinsip – prinsip pelaksanaan pembelajaran. Maulidya (dalam Suyadi & Ulfa, 2013:54) mengatakan terdapat beberapa prinsip pelaksanaan pembelajaran pendidikan anak usia dini yaitu :
1.      Berorientasi Pada Kebutuhan Anak
Kegiatan pembelajaran anak senantiasa berorientasi kepada kebutuhan anak. Menurut Maslow, kebutuhan mendasar bagi anak adalah kebutuhan fisik (makan, minum, pakaian dan lain – lain). Kebutuhan berikutnya adalah keamanan (aman, nyaman, terlindung, dan bebas dari bahaya). Selanjutnya, kebutuhan anak berikutnya adalah kasih sayang (dimengerti, dihargai, dikasihi, dan lain – lain).
2.      Pembelajaran Sesuai Dengan Perkembangan Anak
Pembelajaran anak harus sesuai dengan tingkat perkembangan anak, baik usia maupun kebutuhan individual anak. Setiap anak berbeda perkembangannya dengan anak lain, ada yang cepat ada yang lambat. Oleh karena itu, pembelajaran anak usia dini harus disesuaikan baik lingkup maupun tingkat kesulitannya dengan kelompok usia anak.
3.      Mengembangkan Kecerdasan Majemuk Anak
Pembelajaran anak usia dini hendaknya tidak menjejali dengan hafalan ataupun kegiatan calistung.
4.      Belajar Melalui Bermain
Bermain adalah salah satu pendekatan dalam  melaksanakan kegiatan pendidikan untuk anak usia dini. Melalui bermain, anak diajak untuk bereksplorasi (penjajakan), menemuka, dan memanfaatkan benda–benda di sekitarnya. Montessori menilai bahwa bermain bagi anak bukan sekedar “main–main” tetapi mereka “sungguh–sungguh bermain”.
5.      Tahapan Pembelajaran Anak Usia Dini
Pembelajaran bagi anak usia dini hendaknya dilakukan secara bertahap, mulai dari yang konkret ke yang abstrak, dari yang sederhana ke yang kompleks, dari  yang bergerak ke verbal, dan dari diri sendiri ke lingkungan sosial.
6.      Anak Sebagai Pembelajar Aktif
Anak melakukan sendiri kegiatan pembelajarannya dan guru hanya sebagai fasilitator atau mengawasi dari jauh.
7.      Interaksi Sosial Anak
Ketika anak berinteraksi dengan teman sebayanya, maka anak akan belajar, begitu juga ketika anak berinteraksi dengan orang dewasa (guru, orang tua).
8.      Lingkup Yang Kondusif
Lingkungan harus diciptakan sedemikian rupa sehingga menarik dan menyenangkan dengan memperhatikan keamanan serta kenyamanan yang dapat mendukung kegiatan belajar melalui bermain. Artinya, lingkungan bermain anak harus bebas dari benda–benda tajam yang dapat mengancam keselamatan anak, temasuk bahan mainan dan cat pewarna mainan yang tidak menimbulkan iritasi pada tangan anak saat digunakan bermain. Disamping itu, seting ruangan yang aman bagi anak–anak untuk melakukan geraka atraktif, termasuk memanjat meja dan kursi guna mengambil permainan.
9.      Merangsang Kreativitas dan Inovasi
Kegiatan pembelajaran di PAUD harus merangsang daya kreativitas dengan tingkat inovasi tinggi. Artinya, jika kegiatan bermain di lembaga PAUD hanya “itu–itu saja” tentu tidak akan mampu merangsang hasrat ingin tahu anak. Proses kreatif dan inovatif dapat dilakukan melalui kegiatan–kegiatan yang menarik, membangkitkan rasa ingin tahu anak, memotivasi anak untuk berpikir kritis dan menemukan hal–hal baru. 
10.  Mengembangkan Kecakapan Hidup
Pembelajaran (kegiatan) di lembaga PAUD harus mampu mengembangkan kecakapan hidup anak dari berbagai aspek secara menyeluruh (the whole child). Bagian dari diri anak yang dikembangkan meliputi bidang fisik–motorik, intelektual, moral, sosial, emosi, kreativitas, dan bahasa. Tujuannya adalah agar kelak anak berkembang menjadi manusia yang uuh dan memiliki kepribadian atau akhlak mulia, cerdas dan terampil, mampu bekerja sama dengan orang lain, mampu hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Mengembangkan kecakapan hidup dapat dilakukan melalui berbagai proses pembiasaan. Hal ini dimaksudkan agar anak belajar untuk menolong diri sendiri (mandiri), disiplin, mampu bersosialisasi, dan memperoleh bekal keterampilan dasar yang berguna untuk kelangsungan hidupnya.
11.  Memanfaatkan Potensi Lingkungan
Media dan sumber pembelajaran dapat berasal dari lingkungan alam sekitar atau bahan–bahan yang sengaja disiapkan oleh pendidik atau guru, termasuk dalam hal ini bahan–bahan untuk membuat permainan edukatif sendiri. Terdapat keuntungan dengan mengolah bahan tak terpakai secara kreatif untuk dibuat permainan edukatif secara inovatif. Pertama, karena anak mudah bosan dengan satu permainan, permainan yang akan dibuat bisa dirancang hanya untuk beberapa kali digunakan. Kedua, guru atau orang tua membuat permainan bersama anak atau calon pengguna, sehingga bentuk permainan lebih sesuai dengan selera anak. Ketiga, memanfaatkan lingkungan sebagai permainan dapat menghemat biaya pendidikan anak usia dini.
12.  Pembelajaran Sesuai Dengan Kondisi Sosial Budaya
Kegiatan atau pembelajaran anak usia dini harus sesuai dengan kondisi sosial budaya dimana anak tersebut berada. Apa yang dipelajari anak adalah persoalan nyata sesuai dengan kondisi dimana anak dilahirkan.

13.  Stimulasi Secara Holistik
Kegiatan atau pembelajaran anak usia dini harus bersifat terpadu atau holistik. Anak tidak boleh hanya dikembangkan kecerdasan tertentu saja, seperti IPA, matematika, bahasa, secara terpisah, tetapi terintegrasi ke dalam satu kegiatan. Dengan demikian, setiap permainan dapat mengembangakan seluruh aspek kecerdasannya.
D.    Penyelenggaraan PAUD
Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini yang berlaku di Indonesia menganut pendekatan menyeluruh, integratif, dan sistmatik atau yang sering juga disebut sebagai atau “Sistem Approach”, dimana didalamnya terdapat elemen atau komponen anak sebagai masukan dan juga hasil pembinaan berbagai lembaga atau departemen atau instansi terkait yang  menentukan kebijakan serta program dan implementasinya; lembaga PAUD (Posyandu, BKB, TPA, KB, TK, dan TK Alqur’an) dan orang tua atau masyarakat, serta lembaga–lembaga kemasyarakatan lain yang ikut berperan (Sujiono, 2009:21). Program layanan Pendidikan Anak Usia Dini berbentuk program yang diberikan meliputi: kesehatan, terutama  pada Posyandu dan BKB, layanan gizi berupa makanan tambahan dan susu dan psikososial. Layanan psikososial bertujuan mengembangkan seluruh potensi anak secara utuh dan optimal, yang meliputi kehidupan beragama, penanaman moral pancasila, kemampuan berbahasa atau berkomunikasi, daya cipta atau kreativitas, daya pikir atau kecerdasan, perasaan atau emosi atau disiplin, kemandirian, kemampuan bermasyarakat, keterampilan dan jasmani. Pada UU  Sikdinas Nomor 20 Tahun 2003 pada bagian ketujuh Pasal 28 tertulis bahwa :
1.        Pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar.
2.        PAUD diselenggarakan tiga jalur (formal, nonformal, dan informal).
3.        PAUD jalur pendidikan formal berbentuk TK, RA atau bentuk lainnya yang sederajat.
Taman  kanak-kanak adalah salah satu bentuk satuan pendidikan bagi anak usia dini yang berusia empat tahun sampai enam tahun yang terbagi ke dalam dau kelompok yaitu kelompok A untuk anak usia 4 -5 tahun dan kelompok B untuk anak usia 5 – 6 tahun. Taman kanak-kanak dilaksnakan minimal enam hari dalam seminggu dengan jam layanan minimal 2,5 jam perhari dan jumlah minimal layanan sebanyak 160 hari atau 34 minggu.
4.        PAUD jalur pendidikan nonformal berbentuk kelompok bermain, taman penitipan anak, bentuk lainnya yang sederajat.
Kelompok bermain (KB) adalah bentuk layanan PAUD non formal yang menyelenggarakan program pendidikan dan juga kesejahteraan bagi anak usia dua sampai empat tahun. Tujuan dari KB ini adalah untuk menyediakan pelayanan pendidikan, gizi dan kesehatan anak secara holistic dan mengoptimalkan tumbuh kembang anak sesuai dengan potensi anak dan dilakukan dengan bermain. Terdapat lima kelompok TPA yang ada sesuai daerah yaitu TPA Perkantoran, TPA Pasar, TPA lingkungan rumah, TPA Perkebunan, dan TPA Rumah Sakit.
Tama Penitipan Anak (TPA) adalah salah satu bentuk PAUD non formal yang menyelenggarakan program pendidikan sekaligus pengasuahan dan kesejahteraan anak sejak lahir hingga enam tahun.
5.        PAUD jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan.
Terdapat berbagai lembaga PAUD yang ada di dalam Satuan Pendidikan Anak Usia Dini dan memberikan pelayanan pendidikan bagi anak usia lahir sampai dengan usia enam tahun. Dan juga terdapat Satuan PAUD Sejenis, yaitu bentuk Satuan PAUD selain Taman Kanak–kanak, Kelompok Bermain dan Taman Penitipan Anak.
E.     Perkembangan Fisik Anak Usia Dini
Menurut Prof. Winarno dan Drs. Anwar (1979: 77-78), dalam Suyadi & Ulfa (2013) ada empat bidang utama dimana perkembangan fisik yang normal mempengaruhi tingkah laku. Dengan perkembangan sistem syaraf terjadi pula peningkatan dalam intelegensi yang menimbulkan pola-pola tingkah laku baru. Tingkah laku emosional anak berkaitan langsung dengan kesanggupannya untuk menanggapi makna-makna yang terdapat dalam situasi-situasi, seperti juga tingkat penerimaan sosial yang dinikmatinya berhubungan dengan kesanggupannya memahami fikiran-fikiran, perasaan-perasaan, dan emosi-emosi orang lain. Pertumbuhan otot-otot membawa perobahan-perobahan dalam kemampuan-kemampuan dan kekuatan motorik, yang tercermin dalam perobahan keterlibatan dalam kegiatan-kegiatan dan tingkat partisipasi dalam kegiatan-kegitan tersebut. Permainan anak pada semua tahapan usia sangat bergantung pada perkembangan otot-ototnya, terutama dalam permainan dan olah raga.
Perobahan dalam fungsi kelenjar-kelenjar endokrin mengakibatkan pula perubahan pola-pola baru dalam tingkah laku. Pada masa pubertas umpamanya, terjadi perobahan dari tidak suka terhadap jenis kelamin yang lain menjadi menyukainya, dari kegiatan-kegiatan dalam teman sejenis kelamin menjadi kegiatan-kegiatan dengan jenis kelamin lawannya, dari tidak menaruh minat terhadap penampilannya menjadi sibuk memperhatikan rupa dan pakaianya. Dan yang terakhir perobahan dalam struktur fisik, yakni tinggi, berat, proporsi badan, dan keadaan fisik umumnya turut mempengaruhi tingkah laku anak. Bentuk jasmani merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan minat anak.
Ahmad Susanto, M.Pd. (2011) dalam Suyadi & Ulfa (2013) menjelaskan bahwa perkembangan fisik merupakan hal yang menjadi dasar bagi kemajuan perkembangan berikutnya. Ketika fisik berkembang dengan baik memungkinkan anak untuk dapat lebih mengembangkan keterampilan fisiknya, dan eksplorasi lingkungannya dengan tanpa bantuan dari orang lain. Perkembangan fisik anak ditandai juga dengan berkembangnya perkembangan motorik, baik motorik halus maupun motorik kasar.
Proporsi tubuh anak berubah secara dramatis, seperti pada usia tiga tahun, rata-rata tinggi anak sekitar 80-90 cm dan beratnya sekitar 10-13 kg. Adapun pada usia lima tahun tinggi anak mencapai 100-110 cm pertumbuhan otak pada usia ini sudah mencapai 75% dari orang dewasa, sedangkan pada umur enam tahun mencapai 90%.
Perkembangan fisik anak tidak terlepas dari asupan makanan yang bergizi, sehingga setiap tahapan perkembangan fisik anak tidak terganggu dan berjalan sesuai dengan umur yang ada.
F.     Karakteristik Anak Usia Dini
Anak memiliki beberapa karakteristik yang perlu diketahui (Siswanto & Sri, 2012: 45), yaitu:
a.       Anak Senang Bermain
Anak berkembang dengan cara bermain. Dunia anak adalah bermain, dengan bermain anak menggunakan otot tubuhnya, menstimulasi indra-indra tubuhnya, mengeksplorasi dunia dan membangun pengetahuan tentang lingkungannya.
b.      Anak Selalu Ingin Mencoba
Terdapat pandangan bahwa anak lahir seperti kertas putih. Anak memiliki rasa ingin tahu yang besar terhadap lingkungannya. Dengan rasa ingin tahu yang besar ini anak suka sekali mencoba hal-hal yang mereka belum ketahui dan belum pernah mereka lakukan. Namun seringkali kita menemukan anak keliru atau mendapatkan masalah dari kegiatan mencoba tersebut, disinilah tugas orang dewasa disekitarnya yaitu membenarkan dan mengarahkan untuk lebih baik.
c.       Anak Suka Meniru
Anak belajar tentang lingkungannya dengan cara meniru. Anak sering sekali meniru orang-orang dewasa disekitarnya saat melakukan atau mengatakan sesuatu. Anak melihat yang ada dilingkungannya dan juga mendengarkan apa yang mereka dengar, namun anak tidak mengetahui makna sesungguhnya dari hal tersebut dan terbentuklah perilaku anak dari hasil meniru tersebut.
Selain itu anak juga memiliki beberapa karakteristik lain yaitu memiliki rasa ingin tahu yang besar, unik, suka berfantasi dan berimajinasi, merasa potensial untuk belajar, dan egosentris.

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Kata ontologi berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata On/ontos yang berada ada, dan logos yang berarti ilmu. Ontologi merupakan filsafat yang mengkaji tentang segala yang ada, yang telah diketahui. Ontologi filsafat memiliki sifat yang universal, yaitu objek kajiannya bersifat umum meliputi beberapa cabang filsafat seperti logika, metafisika, dan lain-lain.
Dalam dunia pendidikan anak usia dini (PAUD), ontologi ilmu mengkaji berbagai objek yang ada tentang PAUD seperti karakteristik anak usia dini, tahap perkembangan anak, dan kurikulum anak usia dini. Perkembangan di bidang pendidikan khususnya di pendidikan anak usia dini tidak terlepas dari kajian ontologi ilmu.
B.     Saran
Untuk meningkatkan kualitas pendidikan, khususnya pendidikan anak usia dini maka perlu dilakukan pengembangan dan penelitian tentang metode, kurikulum, dan lain sebagainya yang berkaitan dengan proses pembelajaran anak usia dini. Saat ini, pendidikan anak usia dini bukan lagi sebagai pelengkap tetapi merupakan dasar yang paling penting dalam sistem pendidikan, karena menjadi apa seseorang saat dewasa tergantung bagaimana ia mendapatkan didikan di masa kecil.
Kami menyadari penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu saran dan kritik sangat kami harapkan demi penyempurnaan selanjutnya.






DAFTAR PUSTAKA
Hariwijaya dan Bertani. 2009.  Paud Melejitkan Potensi Anak dengan Pendidikan Usia Dini. Yogyakarta: Mahardika Publishing.
Republik Indonesia. 2003. UU RI No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen serta UU RI No. 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS. Bandung: Citra Umbara.
Trianto, 2011. Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik. Jakarta: Kencana
Siswanto dan Lestari. (2012). Panduan bagi Guru dan Orang tua: Pembelajaran Atraktif dan 100 Permainan Kreatif. Yogyakarta: Penerbit ANDI.
Sujiono, Y. N. 2009. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT. Indeks.
Surajiyo. (2013). Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.
Suriasumantri, Jujun S. 2003. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Suyadi dan Ulfa, Maulidya. 2013. Konsep Dasar PAUD. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.


2 komentar:

  1. KDFTV | online casino in the country, 100% legal!
    casino with its online games and promotions, plus new bonuses, for choegocasino the online 샌즈카지노 gaming 온카지노 industry to play, and we are proud to announce that

    BalasHapus
  2. GOS-7 casino: Get a $20 free bonus for a few
    GOS-7 is an online 시흥 출장마사지 casino brand launched 정읍 출장샵 in 2020. It 강원도 출장마사지 offers slot machines from Evolution Gaming, NetEnt, and the most popular games 남원 출장마사지 from 대구광역 출장샵

    BalasHapus